KEBAHAGIAAN HIDUP MENURUT ISLAM


28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Kebahagiaan hidup menurut istilah Prof Dr. Yusuf al-Qardhawi disebut “Jannatu l-ahlam “, surga impian. Yang dimaksud adalah semua orang memimpikan memperoleh kebahagiaan hidup tanpa memandang status sosial atau tingkat pendidikan. Seorang raja yang berada di istana juga masih menginginkan kebahagiaan hidup, sebagaimana halnya buruh, pekerja kasar dan petani menginginkan kebahagiaan hidup. Orang-orang jenius, pakar ilmu dan juga orang yang tidak menikmati pendidikan pun juga menghendaki kebahagiaan hidup yang sama. Yang menjadi masalah dan perlu dikaji adalah dimana sesungguhnya letak kebahagiaan itu ? Semua orang mencari, tetapi sebagian besar sulit untuk menemukan kebahagiaan itu sendiri.
Terjadi dialog antara Fir’aun dengan istrinya dengan nada mengancam. “Saya akan mencelakakan dan menyengsarakan kamu “. Asiyah menjawab, “ Engkau tidak punya kekuasaan apapun untuk melaksanakan hal itu seperti halnya engkau tidak dapat berbuat apa-apa untuk membahagiakan saya”. Kata Fir’aun selanjutnya, “Apa betul kamu menganggap saya tidak bisa memberikan kebahagiaan dan kesengsaraan kepadamu ?”. Asiyah menjawab, “Betul”. Kalau menurutmu kebahagiaan seseorang terletak pada kecukupan belanja hidup, memang kamu bisa menghilangkan hal itu dari saya. Kalau kebahagiaan itu ditemukan pada perhiasan yang indah-indah, kamu mungkin bisa mengurangi atau bahkan mencabut perhiasan itu dari saya. Kalau kebahagiaan itu kamu pandang berupa gedung-gedung yang indah dengan peralatan yang serba mahal, mungkin juga semua itu bisa kamu lakukan. Akan tetapi, semua itu tidak menjadi penentu kebahagiaan”. Fir’aun diam seribu basa mendengar ucapan istrinya. Asiyah berkata: Dengan segala kekuasaan dan kekayaan yang ada di tanganmu, apakah kamu pernah merasakan kebahagiaan ? Sebaliknya, engkau selalu merasa gelisah dan curiga kepada orang lain”. Fir’aun dengan cepat menukasnya, lalu menurutmu di mana letak kebahagiaan itu ? Di sini ada jawaban yang sangat filosofis dari Asiyah, “Saya temukan kebahagiaan itu di dalam hatiku”. Dan hatiku bisa memperoleh kebahagiaan itu setelah ada iman bertempat di dalamnya.
Ungkapan-ungkapan tersebut memang terus dipertanyakan orang, dimana letak kebahagiaan itu berada?. Kenikmatan materi tidak bisa memberikan jaminan untuk mewujudkan kebahagiaan bagi orang-orang yang telah menikmati dan memilikinya. Survey yang dilakukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa sebetulnya warga negara yang pantas untuk menikmati kebahagiaan karena tercukupinya materi itu ada tiga negara. Pertama, warga negara Swedia karena hampir semua biaya kebutuhan sosial penduduknya dicukupi oleh negara. Di negara ini tidak ada orang yang tidak punya pendapatan, termasuk para penganggur, sebab mereka mendapat jaminan sosial dari negara. Tapi survey ini membuktikan, semakin banyak kenikmatan materi yang dinikmati justru kegelisahan hati penduduk Swedia bertambah besar. Dari fakta yang terkumpul, jumlah orang yang bunuh diri rata-rata pertahun meningkat. Padahal bunuh diri, stres berat, dan sakit jiwa merupakan indikator atau bukti-bukti adanya ketidakbahagiaan seseorang.
Negara kedua yang disurvey adalah Amerika serikat. Amerika dianggap negara yang paling kaya, tingkat kemakmuran penduduknya cukup tinggi, fasilitas hidup mulai dari yang maksiat sampai tidak maksiat tersedia di sana. Akan tetapi, tingkat kriminalitas tertinggi di dunia dipegang oleh Amerika. Jumlah perkosaan, pembunuhan, pencurian, dan lain-lain sampai saat ini masih belum ada yang melampaui Amerika. Ini menunjukkan bahwa kenikmatan materi tidak bisa dijadikan jaminan bagi warga negara untuk memperoleh kebahagiaan hidup.
Negara ketiga yang disurvey adalah Jepang. Negara ini pendapatan perkapitanya cukup tinggi. Karena itu jelas kenikmatan materi bisa dicapai penduduknya tercukupi dengan baik. Pada tahun 1995, pendapatan perkapita Jepang bila dibandingkan dengan Indonesia berkisar kira-kira 1:23. Begitu pun penduduk Indonesia sudah merasa makmur padahal hanya 1/23 nya dari kemakmuran Jepang. Namun, survey tersebut juga menunjukkan bahwa Jepang justru merupakan negara yang paling gelisah di dunia saat ini. Misalnya, jumlah penjualan minuman keras tiap tahun bertambah, demikian juga bunuh diri. Bunuh diri remaja Jepang tertinggi di dunia. Tingkat kriminalitas di Jepang mencapai 60% dilakukan oleh anak-anak di bawah umur 25 tahun. Fakta ini menunjukkan betapa tidak bahagianya kehidupan mereka.
Salah seorang jurnalis terkenal dari Inggris pernah melakukan penelitian di kota terbesar dunia, New York, disimpulkan bahwa kehidupan di New York pada dasarnya hanyalah bungkus indah dari segala macam penderitaan dan kesengsaraan manusia. Dengan kata lain kebahagiaan dan kesengsaraan yang dinikmati oleh penduduk di negara-negara maju itu sebenarnya kamuflase yang sejatinya menyimpan kesengsaraan dan penderitaan.
Kalau materi tidak mendatangkan kebahagiaan hidup, mungkin orang menganggap kebahagiaan itu terletak pada keluarga. Menurut mereka anak yang baik bisa memberikan kebahagiaan. Tetapi banyak orang yang memiliki anak justru sering ribut dan menimbulkan masalah –masalah baru. Mungkin pula orang mencari kebahagiaan dengan menggeluti berbagai ilmu pengetahuan. Tapi kenyataannya pengetahuan pun tidak memberi jaminan seseorang memperoleh kebahagiaan.
Uraian di atas menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak terletak pada kenikmatan dan tercukupinya materi, banyaknya anak atau luasnya pengetahuan yang dicapai. Kembali pada konsep kebahagiaan yang diberikan oleh agama Islam, ternyata faktor dominan kebahagiaan tidak bisa ditemukan di luar diri, melainkan dari dalam diri. Faktor-faktor luar seperti kemakmuran, kekayaan, keluarga, kedudukan, pengetahuan adalah sebagai faktor penunjang kebahagiaan. Artinya, faktor penunjang akan dapat menyempurnakan kebahagiaan hidup apabila sudah ditemukan faktor dominatifnya. Dan faktor yang menentukan ini berada di dalam diri manusia.
Apa sebenarnya yang menjadi faktor dominatif kebahagiaan itu? Al-Quran maupun Sunnah telah memberikan jawaban bahwa faktor dominatif yang menyebabkab orang bisa memperoleh kebahagiaan adalah “sakinatul qalb”, ketenangan hati. Orang yang memiliki hati yang tenang, tentram, dan stabil berarti sudah mempunyai modal yang sangat besar untuk memperoleh kebahagiaan hidup. Jika modal ini ditunjang oleh kekayaan, keluarga, karier yang baik, kedudukan tinggi, kesehatan prima akan merupakan kesempurnaan kebahagiaan duniawi.
Dengan demikian, kebahagiaan hidup itu memiliki dua faktor. Pertama, faktor dominan yaitu berupa sakinatul qalb, ketengan atau ketentraman hati karena adanya iman dan kedekatan kepada Allah. Kedua, faktor penunjang seperti kekayaan, jabatan, kesehatan dan sebagainya, yang sifatnya berada di luar diri manusia. Faktor dominan itu mesti ada untuk timbulnya kebahagiaan. Tidak adanya faktor dominan menyebabkan kebahagiaan akan hilang. Akan tetapi, tidak adanya faktor penunjang belum tentu kebahagiaan seseorang hilang. Idealnya memang seseorang memiliki faktor dominan dan penunjang sekaligus sehingga kebahagiaan yang diperolehnya sempurna.
Terdapat kisah yang cukup menarik dari Abu Bakar, Abu Bakar adalah salah seorang yang diakui dan dihormati oleh Nabi, termasuk sahabat yang paling tenang jiwanya (sakinah). Sakinah bisa diterjemahkan secara kasar dengan satu “kehidupan ruhani yang stabil”. Pada waktu Abu Bakar diangkat sebagai khalifah – sebuah kedudukan yang begitu tinggi, puncak, terhormat di kalangan kaum muslimin saat itu-ternyata kedudukan itu sepertinya tidak mempengaruhi kebahagiaan hidupnya. Hal ini bisa dilihat dari dua hal. Pertama, ketika dilantik sebagai khalifah, dalam sumpah jabatannya dia mengucapkan, “Saya bukanlah orang yang paling baik di antara kalian, tetapi dengan adanya jabatan ini saya adalah orang yang paling berat memikul tanggung jawab dibandingkan dengan kalian semua”. Dia memandang kedudukan khalifah bukanlah hal yang menyenagkan, tetapi suatu amanah yang harus dipikul. Kedua, setelah dilantik sebagai khalifah dan menjadi orang yang pertama dalam komunitas Islam ternyata Abu Bakar masih bekerja setiap dengan berjualan di pasar. Melihat hal yang demikian Umar bin Khattab mengatakan bahwa orang yang sudah menjadi pejabat negara harus disediakan kebutuhan hidupnya sebagai kompensasi tugas-tugasnya melayani masyarakat. Karena jika tidak tugas-tugas kenegaraannya akan terbengkelai. Umar mengharap Abu Bakar tidak lagi tiap hari bekerja di pasar karena harus siap menerima persoalan yang menjadi kebutuhan umat. Abu Bakar menjawab, “ Umar, saya pergi ke pasar karena tugas ini merupakan fardhu ‘ain, kewajiban yang harus saya tunaikan. Saya wajib mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Sementara menjadi khalifah mengurusi umat merupakan fardhu kifayah.
Contoh itu menunjukkan bahwa orang seperti Abu Bkar melihat kedudukan bukan merupakan hal yang mendatangkan kebahagiaan, melainkan sebaliknya menimbulkan persoalan baru. Hal ini berbeda dengan situasi sekarang dimana kedudukan merupakan sumber dari segala macam kebahagiaan dan bisa dimanfaatkan untuk kepentingan apa saja. Di negara-negara maju, orientasi memperoleh kedudukan barangkali berbeda dengan negara-negara sedang berkembang. Amerika Serikat misalnya, kandidat kepala negara umumnya memiliki kekayaan/modal dulu sebelum menjadi presiden. Tetapi di negara-negara sedang berkembang, biasanya jadi presiden dulu baru kaya.
Nabi Muhammad SAW diingatkan Allah SWT dalam sebuah ayat yang berbunyi:
فلا تعجبك أموالهم ولا أولادهم انمايريد الله ليعذ بهم  بها فى الحيواة الدنيا…(التوبة 55)
Janganlah kekayaan dan anak-anak (yang kelihatan tampan dan gagah) yang dimiliki oleh orang-orang Makkah itu sampai memukau hatimu. Allah menghendaki untuk menyiksa mereka (dengan dengan kekayaan dan keluarga) dalam kehidupan dunia” (al-Taubah: 55). Mengapa Nabi Muhammad tidak boleh terpukau dengan harta dan anak-anak yang dimiliki orang-orang Makkah? Karena harta kekayaan dan anak-anak itu tidak mesti memberikan kebahagiaan kepada mereka. Malah sebaliknya Allah menghendaki kekayaan dan kemuarga itu sebagai siksaan bagi mereka dalam kehidupan dunia. Jadi, ada harta dan anak-anak yang dilihat orang luar seakan-akan menjadi kebahagiaan, tetapi bagi yang memilikinya boleh jadi merupakan suatu siksaan. Dengan sendirinya harta dan keluarga demikian itu pada dirinya tidak terdapat apa yang disebut “sakinatul qalb”.
Dalam realitas kehidupan sehari-hari cukup banyak orang yang tersiksa karena harta kekayaannya, bahkan kadang-kadang hartanya menyibukkan dan tidak mendatangkan ketenangan.
Al-Quran membuat istilah bermacam-macam tentang kedudukan anak dalam kehidupan keluarga. Pertama, Allah memberikan suatu pernyataan bahwa anak dan harta boleh jadi akan menjadi godaan (fitnah) bagi orang yang memiliki. Firman Allah
واعلموا أنما أموالكم و أولادكم فتنة. (الآنفال 28)
Ketahuilah bahwa harta dan anak-anakmu merupakan suatu fitnah godaan” (Al-Anfal: 28) Di dalam beberapa kitab tafsir dinyatakan bahwa godaan yang paling besar dan menyita hampir sebagian besar waktu seseorang adalah harta dan anak-anak.
Allah juga mengingatkan dalam ayat yang lain
يايهاالذين امنوا لا تلهكم أموالكم ولا أولادكم عن ذ كرالله …
Wahai orang-orang yang beriman jangan sampai harta kekayaanmu dan anak-anakmu melupakan atau melengahkan kamu sehingga tidak mempunyai waktu untuk ingat kepada Tuhan” (al-Munafikun: 9). Karena anak dan harta potensial menjadi godaan yang melupakan seseorang pada tugas-tugas keagamaan.
Kedua, harta dan anak bisa menjadi musuh bagi yang memiliki. Kalau ayat di atas anak dan harta menjadi godaan, pada ayat berikut Allah memperingatkan lebih gawat lagi pada manusia,
… ان من أزواجكم وأولادكم عدوا لكم فا حذروهم …(التغابن 14)
Sebagian dari isterimu (suamimu) dan anak-anakmu akan menjadi musuh bagi dirimu sendiri. Oleh sebab itu, hati-hatilah menghadapi isteri (suami) dan anak”. (at-Taghobun :14). Ayat ini dengan tegas memperingatkan manusia bahwa jika salah dalam mendidik anak dan keliru menghadapi isteri/suami maka keduanya tidak menambah kebahagiaan, malah akan menjadi musuh dalam rumah tangga sendiri.
Meskipun demikian, al-Quran sendiri memberitahukan bahwa di samping menjadi penggoda dan musuh, harta dan anak tetap menjadi hiasan hidup yang amat didambakan oleh setiap orang. Allah berfirman,
المال والبنون زينة الحيواة الدنيا… (الكهف 46)
“Harta dan anak itu merupakan hiasan kehidupan dunia” (al-Kahfi :46). Dalam ayat lain, anak anak dipandang sebagai qurrotu a’yun (penyenang hati).
ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين.
Kembali pada konsep awal bahwa kebahagiaan berasal dari dalam yakni “sakinatul qalb”, dan yang berasal dari dari luar hanya penunjang, ada satu ungkapan dari ulama-ulama yang menyatakan, la sa’adata bi la sakinnah, “tidak ada kebahagiaan tanpa ketenangan”. Wallahu a’lamu

POTRET PENDIDIKAN DI PAPUA nan KAYA



 

Seorang anak dengan pakaian lusuh tanpa alas kaki, melangkah meninggalkan dusun yang jauh dari keramaian kota. Pagi itu masih buta, dan waktu menunjukkan pukul 04.00 pagi. Tak banyak orang yang keluar rumah sepagi itu. Apalagi, seorang anak yang baru berusia delapan tahun. Tapi, itulah potret perjuangan seorang anak untuk bisa mendapatkan pendidikan selayaknya mereka yang tinggal di kota besar.
Mungkin itu salah satu gambaran betapa sangat dibutuhkannya pendidikan di daerah terpencil. Sebut saja, kawasan Timur Indonesia, Papua. Tidak seperti di kota besar, sebut saja Jakarta, tak sulit bagi anak usia sekolah menjalaninya. Tak perlu banyak perjuangan untuk bisa sampai ke sekolah tujuan. Beda dengan mereka yang tinggal di daerah terpencil. Mungkin, butuh waktu berjam-jam untuk bisa sampai sekolah.


Belum lagi tantangan alam yang harus dihadapi. Seperti, menyeberang sungai, keluar masuk kampung, dan tantangan alam yang harus dihadapi. Tapi, itulah perjuangan untuk bisa mendapatkan pendidikan. Mungkin, nasib anak daerah belum seberuntung anak kota. Walau semangat tinggi, tentu butuh biaya. Itu pula yang kini menjadi kendala.

Tentunya, jika pemerintah dan masyarakat menganggap pendidikan kunci kemajuan bangsa, semua pihak harus segera memperbaiki proses pendidikan. Sebab, tidak semua daerah di Indonesia memiliki kesempatan sama memperoleh pendidikan. Belum lagi sarana dan prasarana yang cukup membedakan antara satu daerah dengan daerah lain, atau provinsi.

Tengok saja, di Pegunungan Tengah, Papua. Miris jika melihat dunia pendidikan di sana. Karena keterbatasan bahkan ketiadaan dana, seperti kamp darurat, sarana sekolah digunakan untuk mengembangkan pengetahuan anak didiknya. Jangankan untuk membicarakan masalah kesejahteraan pendidiknya, nasib kelangsungan dunia pendidikan saja belum bisa dipastikan. Semua itu, lantaran kuncuran dana dari pihak terkait, atau pemerintah yang terbilang tidak memadai.

Saat ini, persoalan mendasar pendidikan di Kabupaten Jayawijaya, induk sejumlah kabupaten pemekaran di Pegunungan Tengah, adalah ketidakhadiran guru-guru di sekolah, khususnya yang berada di luar ibu kota kabupaten Wamena. Gedung-gedung sekolah yang memadai, seperti yang terlihat di Distrik Kurulu, akhir Februari lalu, hanya menjadi tempat murid-murid berkumpul dan bermain.

Kondisi serupa juga ditemukan para pekerja sosial Wahana Visi Indonesia (WVI) yang memantau proses pembelajaran di sejumlah sekolah di beberapa kabupaten di Pegunungan Tengah. Banyak sekolah tidak aktif lebih dari dua tahun. Guru baru datang saat masa ujian hampir tiba. Untuk ujian nasional, anak didik banyak yang diikutkan ujian melalui sekolah di daerah lain.

Memprihatinkan
Sungguh memprihatinkan jika melihat kondisi seperti ini. Padahal, minat anak-anak usia sekolah di sana terbilang sangat besar. Sayangnya, semua tidak diimbangi dengan tenaga pengajar, sarana dan prasarana lain yang turut mendukung kegiatan belajar mengajar di sana. Bahkan, seperti di Kabupaten Jayawijaya, para guru lebih senang tinggal di Wamena. Alasannya beragam, mulai dari lokasi sekolah yang jauh dari kota, terbatasnya transportasi umum menuju tempat mengajar, mengurus berbagai administrasi sekolah, hingga sibuk mencari kerja sampingan.

Padahal jika melihat perjuangan anak Papua untuk mendapatkan pendidikan sangat besar. Meski harus menempuh perjalanan panjang. Hal itu yang dilakukan sejumlah murid yang kini bersekolah di SD Advent Maima di Distrik Asolokobal. Mereka harus berjalan kaki 2 jam menuju sekolah dan berjalan pulang selama 3 jam naik turun bukit. Sebenarnya perjalanan jauh ini bisa diminimalisir dengan keberadaan asrama. Seperti dikatakan Ramses Revasi, guru SD Advent Maima, sekolah sebenarnya memiliki asrama. Namun, ketiadaan biaya untuk menanggung makan anak-anak membuat operasional asrama terpaksa dihentikan.

Selain persoalan guru, sekolah juga sering libur akibat ketidakhadiran murid. Saat ada pesta adat, khususnya pesta kematian, murid bisa tidak masuk sekolah lebih dari dua minggu. Padahal, selama pesta berlangsung, anak-anak hanya duduk berbincang sambil menunggu waktu makan tiba.

Itulah kondisi yang saat ini terjadi. Tentunya ini tantangan bagi pemerintah setempat untuk bisa mengubah pandangan orang tua terhadap pentingnya pendidikan. Memang, guru di Papua harus bekerja ekstra sekaligus kerja rangkap menjadi 'orangtua' murid di tengah ketidakpahaman dan kekurangpedulian orangtua terhadap pendidikan anak. Bahkan, setelah mendapat pembelajaran di sekolah, orangtua jarang memantau pelajaran anak mereka. Belum lagi hambatan lain, seperti ketiadaan aliran listrik.

Kurangnya perhatian orangtua juga terlihat dari diabaikannya pendidikan anak usia dini (PAUD) dan taman kanak-kanak (TK). Di sini, PAUD dan TK dianggap bukan sekolah. Padahal, tuntutan saat ini, sebelum masuk kelas I sekolah dasar (SD) anak sudah bisa. Dalam sistem masyarakat Pegunungan Tengah, anak diasuh kaum ibu. Saat hendak bekerja di ladang, para ibu mengajak anak-anak ke kebun. Tidak ada budaya mengantar anak sekolah, apalagi membantu mereka mengerjakan pekerjaan rumah.

Memang, mencari solusi atas ketertinggalan pendidikan dan rendahnya kualitas manusia Pegunungan Tengah, maupun Papua secara keseluruhan ibarat mengurai benang kusut, tanpa tahu harus dimulai dari mana dan dengan cara apa. Tentunya, kehadiran sejumlah pekerja sosial setidaknya memberi angin segar kehadiran orang-orang luar Papua yang peduli akan kemajuan dan kebaikan masyarakat Papua.

Bahkan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Papua James Mondou mengakui, sulitnya membangun pendidikan secara menyeluruh di wilayahnya. Menurutnya, pembangunan pendidikan di Papua harus dilakukan secara kontekstual parsial. Kontekstual dalam arti menyesuaikan dengan budaya sosial masyarakat Papua. Hal ini, kata dia, mengingat Papua yang unik secara geografis juga termasuk daerah yang memiliki bermacam-macam kebudayaan. Ada budaya masyarakat yang bermukim di daerah pesisir selatan, atau daerah rawa, yang memiliki pola hidup serta mata pencahariaan yang sangat berbeda.

Pendekatan yang dilakukan untuk membangun pendidikan, sambung James, tentunya akan berbeda dengan wilayah lainnya. Masyarakat pegunungan yang sangat tekun dengan aktivitas pertanian memiliki gizi yang terbilang rendah. Masyarakat pegunungan lebih banyak mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat dan sangat kurang mengasup makanan yang mengandung protein. Belum lagi masyarakat di daerah pesisir pantai utara. Meski terbilang jauh lebih maju jika dibandingkan dengan masyarakat pegunungan, tetap memerlukan pendekatan yang berbeda.

Selain itu, yang menjadi kendala dalam pembangunan pendidikan di Papua adalah luasnya wilayah sehingga membuat jarak menjadi berjauhan, dan status gizi yang rendah. Di samping itu, peradaban masyarakat tradisional juga menyebabkan benturan lain karena sistem di sekolah sangat dominan dengan sistem yang disiplin sehingga harus dilakukan berbagai penyesuaian secara sosial dan budaya.

Untuk bisa mengubah semua itu memang diperlukan penanganan khusus, lebih fokus dan dilakukan kontinyu. Kita hanya bisa berharap tak ada lagi batasan atau hambatan untuk bisa meraih pendidikan, sekalipun di daerah terpencil.

Sumber : http://www.108csr.com/home/realita.php?id=145

Menyambut Bulan Ramadhan yang Penuh berkah

bahasa apa kah yang anda pakai hari ini dan detik ini???
bahasa apapun yang kita pakai,,
Islam, dapat menyatukan kita dalam kedamaian
di bulan Puasa, yang etyrmasuk rukun ke 4 dalam RUKUN ISLAM salah satu yang wajib kita laksanakan dan jalankan
di bulan puasa, kita dapat memafkan, dengan ikhlas, dan menjalankan hal-hal yang positif
mari kawan, kita sejenak merenungkan diri,,
menyambut bulan ramadhan yang penuh berkah ini
menapaki jalan dengandiri suci
introspeksi diri terlebih dahulu
dan tekadkan NIAT yang bersih
Insyaallah,,, kesuksekan menantimu di Depan usahaMU


KEBAHAGIAAN,,,

hanya sebuah senyuman yang kau berikan, dapat membuat mata ini tertutup,,,
dsaat kebahagian datang menghampiri, jangan pernah lupakan kepahitan dan kesedihan yang kau alami,
karna suatu ketika kepedihan itu akan datang menemui kembali, bahkan disaat kau bahagia sekalipun,
mungkin tuhan berkata lain, jika kebahagiaan dan kesedihan itu datang diwaktu bersamaa,
hanya sebuah senyuman,,
sebuah senyum keikhlasan,
tak kan pernah menghentikan arti dan maksa sebuah kebahagiaan
jikalau kau pun hidup dalam kesendirian, ingatlah kebahagiaan dan kesedihan itu, mereka selalu bergantian,
begitu juga dengan hari-harimu,,
percayalah,,,,, kabahagiaanmu kan datang
tidak hanya hari ini, besok, lusa atau di masa yang akan datang
jika memang itu yang kau harapkan,,
percayalah,,, KEBAHAGIAANMU,,,, pasti datang MENGHAMPIRIMU,,
mencintai kebahagiaan,
dan jangtan pernah membenci kesedihan,, jika hilang da antara salah satunya,,, maka kesengsaraan akan kasih sayang menghilang...

Ajari Anak Etika Meminjam dan Berbagi

Stimulasi nilai-nilai dan etika berbagi serta meminjam milik orang lain dapat dilakukan melalui aktivitas sehari-hari di rumah. Satu hal yang patut dingat, ketika anak sudah memahami, kemudian mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka anak berhak mendapatkan penghargaan. Penghargaan ini penting untuk lebih menumbuhkan semangat agar anak dapat mengulangi perilaku positifnya tersebut. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:

1. Berikan contoh.
Jangan salahkan anak yang merebut mainan milik teman bila orangtua sendiri tidak menghargai hak milik orang lain. Saat melihat gunting milik anak tergeletak, orangtua langsung memakainya, kemudian diletakkan kembali sesudahnya. Alangkah baiknya bila orangtua mengatakan, "Kak, pinjam guntingnya dulu untuk menggunting plastik sebentar. Nanti Bunda kembalikan lagi ke meja Kakak." Jangan lupa mengucapkan terima kasih kemudian. Ingat, contoh dengan perbuatan, lebih kuat daripada kata-kata. Anak cenderung mempraktikkan segala sesuatu yang dilihatnya.

2. Terapkan aturan.
Terapkan aturan tidak tertulis untuk di lingkungan rumah, bila ingin meminjam barang milik orang lain harus meminta izin terlebih dahulu kepada pemiliknya. Dengan menerapkan aturan ini, anak akan memahami etika atau adab meminjam milik orang lain. Pun budayakan kebiasaan berbagi di rumah. Bila anak lupa, coba ingatkan, "Eit, kamu lupa mengucapkan sesuatu?" Anak mungkin berkata, "Eh, iya maaf, Ibu, boleh kupinjam pulpennya sebentar?"

3. Kenalkan cara berbagi.
Tanamkan kepada anak akan pentingnya nilai berbagi. Ini dapat diterapkan ketika memiliki makanan, maka ajaklah kakak untuk membagi adiknya. Bila kuenya dua, anak bisa membaginya masing-masing satu. Bila kuenya satu, anak bisa memotongnya terlebih dahulu, lalu potongannya dibagikan ke adik atau teman. Selain berbagi makanan, orangtua juga dapat berbagi waktu memainkan mainan.

Pembagian bisa menggunakan waktu, setiap 10 menit bergantian. Bisa juga menggunakan per selesainya permainan. Setelah anak selesai memainkan satu level angry birds misalnya, maka level berikutnya giliran si teman yang memainkannya.

Bila masing-masing membawa mainan, ajarkan tentang barter mainan. Anak dapat memainkan milik temannya, sedangkan sang teman memainkan mainan milik anak. Lebih asyik karena masing-masing serasa memiliki mainan baru.

Bila ini diterapkan secara rutin, akan tumbuh kesadaran dalam diri anak akan indahnya berbagi. Hal yang sama juga berlaku untuk mainan.

(Tabloid Nakita/Utami Sri Rahayu)

Labuan Bajo

Keindahan Labuan Bajo- Kabupaten Manggarai Barat
LABUAN BAJO, FBC. Pulau Flores di Propinsi Nusa Tenggara Timur terkenal dengan kekayaan sumber daya alam dan budayanya. Berbagai upaya telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta untuk memajukan daerah yang dikenal dengan sebutan nusa bunga ini.
Flores memang dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata. Sebut saja beberapa obyek wisata yang terkenal seperti danau tri warna Kelimutu di Kabupaten Ende, tradisi penangkapan ikan paus di Lamalera, Kabupaten Lembata dan binatang purba Komodo (Varanus Komodoensis) di pulau Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.
Pemerintah dan swasta telah mulai bekerja memajukan dunia kepariwisataan di pulau ini. Sejak tahun 1990-an ada proyek pengembangan Taman Wisata Alam (TWA) yang didanai oleh Bank Dunia. Program tersebut cukup berhasil mempertahankan kelestarian alamFlores.
Pariwisata juga mempunyai potensi besar untuk memperluas lapangan kerja dan mendorong perkembangan bidang usaha baru. Tiap-tiap komponen produk wisata membutuhkan tenaga ahli dan tenaga-tenaga terlatih dalam menghadapi tantangan globalisasi dibidang kepariwisataan.
Upaya memperkenalkan kekayaan kepariwisataan di pulau ini terus dilakukan. Sebut saja, salah satu usaha mempromosikan dunia kepariwisataan yakni melalui penerbitan buku The Manggaraians-Guide to the Manggaraian life Style dan Tourism Space inWestern Floresand Understanding Touris karangan Dr. Maribeth Erb.
Produk wisata berupa rencana perjalanan yang dikemas dari berbagai jenis komponen seperti atraksi wisata, transportasi, akomodasi, restoran, cindera mata, pramuwisata dan jasa-jasa lain yang dinikmati atau dialami oleh para wisatawan. Komponen-komponen tersebut di atas mempunyai sub-sub komponen misalnya komponen hotel dengan sub komponen tempat tidur, kamar mandi, TV, air, listrik dan lain-lain. Setiap komponen saling terkait dengan komponen lainnya.
Gunung Inerie, di Kabupaten Ngada
Akomodasi yang bersifat komersial pun mulai bermunculan. Hotel dan restouran yang menyediakan berbagai kebutuhan para pelancong. Transportasi pun tidak lagi menggunakan kuda, tetapi sudah beralih ke fasilitas yang lebih modern.Sedangkan transportasi di laut sudah menggunakan kapal-kapal yang lebih besar.
Pasa zaman ini, kepariwisataan Flores mengalami perkembangan yang pesat. Bermacam motif dan keinginan para wisatawan sepertinya dapat terjawab dengan datang ke Flores. Motif wisatawan yang beruba, seperti terjawab dengan  ingin menikmati atraksi alam, flora, fauna, pemandangan alam, keindahan bawah laut, pantai, gunung dan lembah atau sekedar menikmati sinar matahari.
Guncangan Budaya
Di satu sisi globalisasi membawa dampak positif bagi kemajuan dan kesejahteraan namun di lain sisi globalisasi mendatangkan pengaruh-pengaruh negatif. Pertemuan antara kebudayaan yang berbeda-beda akan banyak menimbulkan kegoncangan budaya yang pada gilirannya dapat menggerogoti tatanan nilai kehidupan bersama.
Danau Kelimutu, Kabupaten Ende
Perkembangan pariwisata sebagai trend global nampaknya tidak bisa dihindari. Kini industri wisata berkembang sangat pesat dan menjadi salah satu pemasukan kas daerah yang menjanjikan bagi kesejahteraan masyarakat.
Gejala sosiologi ‘anomie’ mulai mewabah belakangan ini menunjukkan betapa pengaruh trend global telah melanda masyarakat Flores. Bukan tidak mungkin sangat terbuka lebar berbagai pengaruh negatif seperti narkotika, obat-obatan berbahaya dan seks bebas yang berpeluang menyebarkan virus HIV/AIDS.
Persoalan bagi kita adalah bagaimana menyiasati berbagai dampak negatif yang ditimbulkan oleh industri pariwisata. Industri kepariwisataan harus dilakukan secara terpadu dan komprehensif.
Masalahnya, setiap komponen selama ini terkesan berjalan sendiri-sendiri. Padahal, praktisnya setiap komponen harus dapat bersinergis dan bekerjasama dalam rangka memajukan dunia kepariwisataan berikut problematiknya.
Setiap pelaku pariwisata seperti pramuwisata misalnya harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang sejarah, kebiasaan, adat istriadat agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam berinteraksi sosial dengan masyarakat internasional.
KM Ina Maria melayani penyeberangan Larantuka, Kabupaten Flores Timur menuju - Lewoleba Kabupaten Lembata
Seluruh gambaran tentang perkembangan kepariwisataan mau menunjukkan kepada kita semua bahwa dunia kepariwisataan diIndonesiapada umumnya danFlorespada khususnya harus dapat dikelola secara profesional dan berpijak pada jati diri bangsa yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan kemanusiaan yang adil dan beradab.
Dengan landasan yang jelas, membuat kepariwisataan kita akan tetap eksis di tengah dunia yang terus berubah.

Berita : Guru Daerah Terpencil Harus Diberi Insentif - Harian Pagi Padang Ekspres

Berita : Guru Daerah Terpencil Harus Diberi Insentif - Harian Pagi Padang Ekspres

Pendidikan di Pesisir

INDONESIA merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau 17.506 dan garis pantai 81.000 km. Kurang lebih 60% penduduk tinggal di wilayah pesisir dengan mata pencaharian utama sebagai nelayan.

Kekayaan hasil laut kita sangat besar, namun belum termanfaatkan secara maksimal dan digunakan untuk  memajukan kesejahteraan masyarakat pesisir. Hal ini disebabkan oleh pelaku usaha perikanan yang masih didominasi nelayan, memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah, akibat tingkat pendidikan yang rendah (Satria, 2002).

Pendidikan merupakan kunci kemandirian bangsa dan salah satu aspek utama untuk membangun peradaban bangsa. Salah satu dari delapan poin MDGs (Millenium Development Goals) di bidang pendidikan adalah pemerataan pendidikan dasar, baik untuk perempuan maupun laki-laki.

UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 32 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran, karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Ayat 2 menyatakan bahwa pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.

Dukungan

Pemerintah memiliki tanggung jawab besar dalam memajukan proses pendidikan dan tingkat pendidikan masyarakat pesisir, khususnya untuk pendidikan menengah atas (SMA sederajat). Karena banyak wilayah pesisir termasuk daerah tertinggal, pemerintah harus memberikan dukungan lebih banyak untuk memajukan daerah pesisir yang tertinggal.

Beberapa faktor yang menghambat pencapaian kualitas pendidikan bagi masyarakat pesisir adalah ketersediaan fasilitas sekolah, akses pendidikan, kualitas tenaga pengajar, dan faktor sosial ekonomi masyarakat. Faktor ketersediaan fasilitas ini bisa dilihat dari ketersediaan sarana dan prasarana di sekolah.

Buku-buku pelajaran, alat bantu mengajar, kelengkapan laboratorium, dan fasilitas yang dibutuhkan untuk proses belajar-mengajar yang maksimal, tidak tersedia atau tidak mencukupi. Faktor kemudahan akses berkaitan dengan kesulitan siswa untuk mencapai sekolah tersebut, karena kebanyakan sekolah menengah atas terletak di kota kecamatan dan harus ditempuh dengan waktu yang cukup lama. Hal ini menimbulkan masalah tersediri berupa biaya transportasi tambahan yang cukup mahal.

Kebanyakan masyarakat pesisir berpenghasilan terbatas, sehingga mereka tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai ke tingkat SMA. Faktor kualitas tenaga pengajar juga menjadi kendala. Ketersediaan guru baik dari sisi kuantitas maupun kualitas juga masih terbatas. Biasanya satu guru mengajar beberapa mata pelajaran yang bukan keahliannya. Bahkan, beberapa guru hanya lulusan SMA . Akibatnya, mereka hanya mampu menfasilitasi siswa mencapai hasil belajar sesuai dengan kemampuan seadanya.

Karena itu, pemerintah perlu mengupayakan berbagai kebijakan yang dapat mempercepat pencapaian kualitas pendidikan bagi masyarakat pesisir. (37)


— Triantoro Safaria PhD, dosen Fakultas Psikologi  Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Terkucil di Pulau Terpencil - BANGKA POS :: Berita Terkini Bangka Belitung

Terkucil di Pulau Terpencil - BANGKA POS :: Berita Terkini Bangka Belitung

SAHABAT

    Sahabat...
adalah ungkapan terindah
tak dapat tergambar
ataupun terlukiskan
untuk sahabat tangan ini terbuka,
demi sahabat jiwa ini terluka
karna sahabat adalah bayangan
ke2 dalam jiwa yang ada.